Bagian kanan otak dapat mencerna berbagai macam hal logis. Menggambar,
mengarang, dan melukis mungkin tampak seperti aktivitas belahan otak
kiri, namun para seniman memperlihatkan aktivitas bilateral. Dalam
merencanakan karya seni, mereka mengikuti logika dan aturan mereka
sendiri tentang bentuk, warna, dan suara.
Seorang seniman dapat mengekspresikan apa pun yang mereka inginkan
pada kanvas, tanah liat, kaca, metal, atau kertas. Tetapi untuk dapat
diterima oleh orang banyak, harus ada pertimbangan aturan-aturan yang
sangat spesifik (meskipun tidak tertulis) berkenaan dengan
proporsionalitas, warna, keseimbangan, dan keteraturan. Otak kanan,
tampaknya, lebih memilih keteraturan holistik.
Pada 1970-an dan 80-an, muncul sebuah penekanan untuk mengajar lebih
banyak kepada “para pembelajar yang cenderung dengan otak kanan”.
Penelitian tentang otak saat ini memperlihatkan kepada kita, bahwa kita
pada umumnya menggunakan kedua bagian otak. Meskipun demikian, penekanan
pada otak kanan menghasilkan ayunan pendulum yang lebih dikenal, yang
membawa kepada kesadaran berlebihan terhadap kecenderungan pemrosesan
lateral otak.
Apa yang dapat kita katakan tentang keterbebasan dari kungkungan
adalah hal ini memang sudah saatnya, akan ada lebih banyak aktivitas
pada satu belahan otak terhadap yang lainnya. Akan tetapi, mengatakan
bahwa musik adalah aktivitas yang dikendalikan otak-kanan akan menjadi
sesuatu yang terlalu menyederhanakan. Untuk memastikan terjadinya
pembelajaran optimal, kita harus memfasilitasi aktivitas pembelajaran
yang melibatkan kekuatan dari kedua belahan otak. Idealnya, upaya yang
kita lakukan haruslah berfokus pada pembelajaran seluruh bagian otak.
Sumber : Abidzare;s blog
Labels
Followers
Tweets
February 16, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment